PMII Ngalah dalam Hati Kader-Kadernya

IMG_20141016_103431

Mentari meninggi tepatnya pada pukul 09.30 WIB hari Kamis, 16 Oktober 2014 menjadi awal pembukaan acara Rapat Tahunan Komisariat (RTK) ke XIV PMII Ngalah Universitas Yudharta Pasuruan bertempat di Aula Pancasila Universitas Yudharta Pasuruan. Seruan “tangan terkepal dan maju kemuka” memberikan getaran hati semua peserta termasuk penulis kembali mempunyai ruh pergerakan bersama PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Terdengar “PMII Ngalah harus mempunyai paradigma baru. PMII harus membangun kepercayaan publik dan mengetahui arah gerakannya, PMII kembali ke kampus, pesantren, dan masjid. Ini adalah pesan alumni Ngalah (pak Dayat) sekaligus instruksi dari PB PMII”, begitu kata Makhfud Syawaludin selaku Sekretaris Umum PC PMII Pasuruan 2014-2015 yang membuka acara RTK tersebut.

Rangkain acara RTK diawali dengan kegiatan Family Gathring, dengan tema “Dilema antara pragmatisme dan loyalitas kader-kader PMII”. Acara tersebut dihadiri 6 alumni lintas generasi sebagai pembicaranya. Sebut saja M. Dayat (angkatan 2000), Zainal Akhwan (angkatan 2005), Khafidz Rasyidi (angkatan 2007), Heri Sunarno (angkatan 2007), M. Ismail (angkatan 2008), dan Anisaus Sholihah (angkatan 2009). Beberapa pesan sekaligus motivasi yang disampaikan mengarah pada apa yang sebenarnya harus kita berikan kepada organisasi dan manfaat peningkatan kedewasaan diri melalui organisasi. Selain itu, PMII menjadi lumbung ilmu dan pondasi bergerak bagi para kader-kader PMII dalam dunia profesional. Luar biasa bukan? Bagaimana dengan kita?

Posisi duduk yang begitu formal ketika pembukaan, diobrak-abrik oleh moderator atas instruksi sahabat Zainal Akhwan menjadi posisi duduk melingkar. Posisi duduk tersebut memberikan pesan “Kita semua masih tetap sejajar di dalam PMII, baik itu alumni, kader, dan anggota masih menyandang sebutan Sahabat dan Sahabati serta berkeharusan bersama-sama tetap berdzikir, berpikir, dan beramal saleh.” Begitu kata Makhfud Syawaludin, selaku moderator. Lebih lanjut, moderator membuka refleksi dengan memaparkan motivasinya di PMII dan memperkenal seluruh alumni yang menjadi pembicara sekaligus menyatakan “saya ngefans kepada Beliau-Beliau, dan banyak mendapatkan ilmu dari Beliau-Beliau,” ungkap Ketua Komisariat Ngalah 2012-2013.

PMII adalah titik penting bagi saya”ungkapan Zainal Akhwan menjadi pembuka pembica dari para alumni. Beliau bercerita bahwa di PMII ikuti saja prosesnya, kalian akan menemukan manfaat ketika sudah pasca PMII. Masih melekat dalam persepsi Beliau, bahwa ikut PMII akan tersesat di jalan yang benar. “Ketika di PMII, saya mengikuti tanpa tahu secara jelas sebenarnya tujuannya apa. Tetapi ketika pasca PMII dan bekerja di dunia profesional saya sadar, bahwa saya di PMII benar-benar tersesat di jalan yang benar,” Ungkap Dosen Komunikasi Universitas Yudharta Pasuruan. Lebih lanjut, “ikut di PMII memberikan banyak manfaat buat diri saya dalam menjadi kehidupan. PMII, teruslah berusaha bermanfaat diruang publiknya,” begitu kata penutup dari Presiden Mahasiswa UYP 2006-2007.

Menyambung sahabat Zen, “PMII adalah sumber gerakan kita” ungkap Sahabat Khafidz Rosyidi, dosen Fakultas Teknik UYP. PMII harus menata kaderisasi, sebab kaderisasi itu penting. Dan tak lupa pula soal pendistribusian kader-kadernya. PMII mesti membangun citra dirinya dengan baik di kampus dan di pesantren. Selain itu, “kader-kader PMII harus aktif. Aktif itu ketika kader mempunyai persepsi apa yang kita berikan kepada organisasi. Sebaliknya bila kader itu pasif, maka kader tersebut akan berpersepsi aku dapat apa diorganisasi”. Ungkap Presiden Mahasiswa UYP 2008-2009. Terakhir, alumni melalui sahabat Khafidz menyatakan siap membatu PMII. Sebab “Kebesaran organisasi juga ditopang oleh Alumni” kata penutup dari ketua komisariat Ngalah 2007-2008.

Tiba-tiba hening, ketika M. Dayat akan memulai orasinya. Berbeda ketika beliau menyapa dengan sebutan sahabat-sahabati dan mengakui “saya masih sahabat”, seluruh kader PMII tersenyum dan mulai ramai kembali. “PMII jangan hanya dijadikan tempat berkumpul saja, PMII wadah kedewasaan” ungkapan dalam dari kepala BAUK UYP tersebut. Kemudian Beliau bertanya, “apa motivasi kalian ikut PMII? Ketika kita sudah tahu tujuan itu, maka akan kita peroleh tujuan itu”, kata tegas dari pengurus yayasan darut taqwa tersebut. Selanjutnya membahas soal perizinan dari pesantren yang ketat, beliau dengan bijaksana mengatakan anggap saja itu sebagai kearifan lokal, sebab dengan adanya tantangan tersebut organisasi dapat menjadi dewasa dan besar. Selain itu, belajar diorganisasi juga mengasah kemampuan otak kanan kita. Jangan ragu danyakinlah belajar diorganisasi membantu kematangan berpikir kita dalam menjalani kehidupan. “PMII, bangun eksistensi diri dengan membentuk kepercayaan publik”, ungkap dosen UYP tersebut. Menutup pembicaraannya, “hanya PMII, Visi dan Misinya serupa dengan Visi Misi Yayasan Darut Taqwa. Sama seperti PMII, Yayasan juga mengajarkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual”. Kata Sahabat Dayat, Direktur LP2TS (Lembaga Pengembangan Penelitian dan Transformasi Sosial) tersebut.

Tiba kemudian giliran seng baurekso PMII Ngalah, sahabat Heri Sunarno, akrap disebut Cak Ndeng. “Saya adalah kader PMII paling Goblok, karena kegoblokan itu saya belajar di PMII”, ungkap dosen komunikasi UYP. Sebelum ini, di PMII ada banyak kegiatan bakat minat seperti PSP (Paduan Suara Pergerakan), Teater, Group Band “Yowes band”, dan Pecinta Alam “Hiu Darat”. Menurut Beliau, momen RTK adalah awal terbaik untuk menyatukan PMII. “Belajar di PMII jangan nanggung, gak rugi kok”. Kata cak ndeng, kader yang hidup di PMII selama 11 tahun. Setelah selesai, pak dayat kemudian angkat bicara “Hampir yang mempelopori macam-macam organisasi di Ngalah adalah PMII”.

Kesempatan mendekati akhir, dimulai oleh sahabati Anisaus Sholihah. “Sampai hari ini, saya masih menyimpan jaket PMII saya, yang memang cukup besar. Hehehe”. Selanjutnya sahabati Anis berpendapat, “PMII harus mengembangkan paradigma baru soal aktifitasnya, bahwa dimanapun aktifitas PMII harus baik dan mewarnai. Menjadi pekerjaan rumah kita, meskipun kegiatan PMII di dalam lingkungan yayasan juga harus dapat berjalan maksimal dan jangan berprasangka bila berada di dalam kegiatan tidak maksimal”, Pengurus Komisariat PMII Ngalah 2012-2013. Lebih lanjut, “Pengurus pondok boleh ikut organisasi”, ungkap mantan pengurus asrama D dan keamanan Putri PP Ngalah. Kemudian akhirnya di akhiri oleh sahabat M. Ismail. “Loyalitas, baru yang lain-lain”, kemudian “Tingkatkan kinerja Rayon, mungkin sekarang bisa ada 5 (lima) rayon”, begitu kata ketua BEM-F pertama dan terakhir di UYP 2008-2009. Berbicara soal program di PMII, “Jangan banyak-banyak program, yang penting berkelanjutan/Istiqamah”, dan “Hampir semua ilmu dan pengalaman saya karena PMII”, ungkapan terakhir dari ketua I PK PMII Ngalah 2009-2010. Sebelum ditutup, sahabat Khafidz menyanyikan lagu ciptaan PMII Ngalah, yang judulnya lupa:

 

Bila Ku Tatap Jauh…..

Ingin Ku Merengkuh…

Namun, Ku Terbelenggu oleh Paruh Hatiku

Reff:

PMII…..

Kuserahkan Jiwa dan Ragaku

PMII….

Ku Serahkan Hanya Untuk Dirimu

 

Setelah semua pembincangan hangat berakhir, kemudian dihibur oleh penampilan perwakilan kader PMII menyanyikan lagu-lagu pergerakan. Suasana hari yang panas tersebut menjadi suasana nyaman keluarga besar PMII Ngalah. Semoga PMII Ngalah semakin jaya.

Sekali bendera dikibarkan, hentikan ratapan dan tangisan. Mundur satu langkah adalah penghianatan.

Tangan Terkepal dan Maju Kemuka. Hidup PMII. Salam Pergerakan.

Paparan diatas hanya sebagian dari beberapa pesan, motivasi, dan ilmu yang dapat dirajut oleh penulis. Mohon Maaf apabila terdapat kesalahan. Bila perlu, tambah pesan-pesan yang kalian dengar ketika acara tersebut dengan berkomentar. Terima Kasih.

Salam Takdim. Makhfud Syawaludin.

Mahasiswa Sebagai Iron Stock

Di ambil dari blog sahabat blogger sekaligus menjadi jawaban bagi Thread Starter yang bertanya pada forum diskusi pmii ngalah.

Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.

Pesantren dan Pendidikan Anti Korupsi

Klimaks Korupsi.

Korupsi di negeri ini memang bisa dikatakan telah mencapai perjalanan yang memuncak, tanda-tanda dari situasi ini dapat kita lihat dari beberapa fakta yang sungguh membuat kita miris, mulai dari besarnya anggaran untuk pemberantasan korupsi, sangat rapi dan sistemisnya jaringan pelaku korupsi, hal ini dapat kita ketahui dari terungkapnya beberapa korupsi berjama’ah yang terjadi baik di pusat maupun di daerah. Hingga munculnya berbagai reaksi keras masyarakat termasuk seruan klaim kebohongan pemerintah yang disampaikan beberapa tokoh agama, penyamaan pemimpin dengan kerbau karena dituduh tidak tegas memberantas korupsi, serta tindakan keras masyarakat lainnya untuk merespon semakin klimaksnya korupsi di negeri ini.

Lalu apakah benar korupsi telah membudaya atau menjadi bagian dari budaya masyarakat kita?. Di Hongkong pertanyaan semacam ini pernah muncul dan membayangi masyarakatnya, kondisi korupsi di Hongkong pernah mencapai puncak, sampai -sampai mobil pemadam kebakaran yang sudah datang di lokasi kebakaran baru akan menyemprotkan airnya jika korban kebakaran sudah memberikan sejumlah uang suap, dokter-dokter di rumah sakit baru akan mau menyuntikkan obat kalau keluarga si-pasien yang kondisinya hampir sekarat mau menyediakan sejumlah uang tambahan. Namun tingkat Korupsi di hongkong dewasa ini sangat jauh menurun karena adanya upaya serius baik dalam upaya penindakan maupun upaya pencegahan korupsi

Lanjutkan membaca “Pesantren dan Pendidikan Anti Korupsi”

Pikiran Kecil, Sedang dan Besar; Kau Berpikir yang Mana?!!

Menarik mengamati perkataan dari Eleanor Roosevelt, mantan Presiden USA yang mengatakan: “Small Minds discuss people, Average Minds discuss events, Great Minds discuss ideas” (Pikiran Kecil membicarakan orang. Pikiran Sedang membicarakan peristiwa. Pikiran Besar membicarakan gagasan).

 

Maka sebagai akibatnya …

PIKIRAN KECIL akan menghasilkan GOSIP.

PIKIRAN SEDANG akan menghasilkan PENGETAHUAN.

PIKIRAN BESAR akan menghasilkan SOLUSI.

Lanjutkan membaca “Pikiran Kecil, Sedang dan Besar; Kau Berpikir yang Mana?!!”

Tanpa Pancasila, Kita Bukan Indonesia

Tanpa (ideologi) Pancasila, kita bukan Indonesia. Pernyataan ini tidaklah berlebihan, malahan wajar sebagai pengakuan. Pun, tidak pula sedang menempatkan Pancasila sebagai barang suci-harga mati-yang menegasikan keberadaan paham (ideologi) lain, justru sebaliknya, itu sebab disebut paham yang inklusif.

Sebagai ideologi terbuka (inklusif), mau tidak mau, Pancasila pada titik tertentu diharuskan menerima dan menghargai keberadaan paham yang bersifat ekslusif. Tanpa penerimaan ini, sifat inklusif Pancasila akan berubah menjadi ekslusif dalam dirinya; klaim Pancasila sebagai paham yang inklusif pun luntur dengan sendirinya.

Sebagai orang Indonesia yang mengaku berpaham Pancasila (Pancasilais), kita pun mesti legowo mengakui, bahkan menjadi keharusan menerima mereka yang berpaham ekslusif. Kita wajib menghargai keberadaan mereka yang menolak Pancasila atau mereka yang ingin mendirikan negara ini di atas ideologi selain Pancasila.

Tanpa praktek ini, klaim sikap inklusif kita adalah kebohongan, bertopeng inklusif semu. Sebab sikap inklusif kita rupa-rupanya bersifat diskriminatif pula: menolak mereka yang kita pandang berbeda atau dalam hal ini mereka yang menolak sikap inklusif. Andai ini yang terjadi, maka kita otomatis gagal menjadi seorang berpaham terbuka atau gagal menjadi seorang Pancasilais.

Lanjutkan membaca “Tanpa Pancasila, Kita Bukan Indonesia”

PMII Tolak Ideologisasi Negara Islam

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PB PMII, Addin Jauharudin menyatakan, seluruh jajarannya menolak ideologisasi negara Islam, sekaligus menentang dengan tegas segala bentuk kekerasan atas nama agama.
Ia mengatakan hal itu di Jakarta, Selasa, terkait munculnya anasir-anasir kontra konstitusional berbaju `Negara Islam Indonesia` (NII) dan gerakan-gerakan radikal atas nama agama belakangan ini.

“Bagi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan harga mati dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Siapa pun dan dengan alasan apa pun mendirikan negara di dalam NKRI, tidak dapat dibenarkan,” tandasnya. Karena itu, bagi Pengurus Besar (PB) PMII, sejumlah rentetan aksi kekerasan dan penyimpangan mengatasnamakan agama serta berlawanan dengan dasar negara, merupakan tindakan yang melanggar hukum.

“Mereka yang mengatasnamakan agama sesungguhnya justru melecehkan dan menistakan agamanya dan diri mereka sendiri. Karena, agama pada dasarnya mengajarkan nilai toleransi, keadilan, kearifan, kesetaraan, dan tidak mengajarkan kekerasan atau menebarkan teror,” tegasnya.
Lanjutkan membaca “PMII Tolak Ideologisasi Negara Islam”

PMII Perlu Monitoring Gerakan Radikal

Jepara, NU Online
Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang merebak di Malang Jawa Timur dengan aksi penculikan maupun pencucian otak kepada sejumlah mahasiswa mendapatkan komentar dari Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jepara. Hal itu dikemukakan Abdul Khalik, ketua PC PMII Jepara saat ditemui NU Online di sekretariat PMII, Jalan KM Sukri No.139 Potroyudan, Selasa (26/4).

Menurutnya, PMII sebagai basis gerakan kampus akan menjadi lebih ideal jika berpartisipasi dalam memonitoring gerakan-gerakan ekstrim. Sebab, kampus menurutnya merupakan target utama operasi gerakan radikal tersebut.
Lanjutkan membaca “PMII Perlu Monitoring Gerakan Radikal”

PMII Pasuruan Desak Kesetaraan Gender

Jelang peringatan hari Kartini, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menggelar aksi unjuk rasa di kantor DPRD Kabupaten Pasuruan, Rabu (20/4/2011).

Selain menggelar orasi hingga beberapa menit, para pengunjuk rasa juga membawa spanduk yang diantaranya berbunyi “Stop kekerasan terhadap perempuan” dan berisi tuntutan yakni “Hapus segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan”.

Dalam aksinya, para pengunjuk rasa yang menggelar aksinya tanpa ijin ini mendesak, agar para anggota dewan memperjuangkan kesetaraan gender bagi kaum perempuan. Pasalnya, selama ini di masyarakat banyak terjadi ketimpangan gender dan pelecehan seksual.
Lanjutkan membaca “PMII Pasuruan Desak Kesetaraan Gender”

Atas ↑